Kamis, 30 November 2017

Perbandingan antara PP No 19 thn 2017, PP no 74 th 2008, UU No 14 th 2015, dan PMA No 1 Th 2015.

Kali ini Mimin akan membahas tentang perbandingan antara PP No 19 thn 2017, PP no 74 th 2008, UU No 14 th 2015, dan PMA No 1 Th 2015. Postingan ini Saya tujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Administrasi Pendidikan dengan Dosen Penganmpu Bapak Dr. Muhlis pada khususnya dan Untuk Sobat sekalian pengunjung Blog Saya pada umumnya.
1.    PP No 19 thn 2017
•    Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan -mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
•    Kualifikasi Akademik adalah ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh Guru sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan.
•    Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk Guru.
•    Sertifikat Pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada Guru sebagai tenaga profesional.
•    Gaji adalah hak yang diterima oleh Guru atas pekerjaannya dari penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan dalam bentuk finansial secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
•    Tunjangan Profesi adalah tunjangan yang diberikan kepada Guru yang memiliki Sertifikat Pendidik sebagai penghargaan atas profesionalitasnya.
•    Organisasi Profesi Guru adalah perkumpulan yang berbadan hukum yang didirikan dan diurus oleh Guru untuk mengembangkan profesionalitas Guru.
•    Perjanjian Kerja atau Kesepakatan Kerja Bersama adalah perjanjian tertulis antara Guru  dan penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan yang memuat syarat-syarat kerja serta hak dan kewajiban para pihak dengan prinsip kesetaraan dan kesejawatan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
•    Guru Tetap adalah Guru yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian atau diangkat oleh pimpinan penyelenggara pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat berdasarkan perjanjian kerja dan telah bertugas untuk jangka waktu paling singkat 2 (dua) tahun secara terus menerus serta tercatat pada satuan administrasi pangkal di satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, atau  masyarakat.
•    Guru Dalam Jabatan adalah Guru pegawai negeri sipil dan Guru bukan pegawai negeri sipil yang sudah mengajar pada satuan pendidikan, baik yang diselenggarakan pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun masyarakat penyelenggara pendidikan yang sudah mempunyai Perjanjian Kerja atau Kesepakatan Kerja Bersama.
•    Pemutusan Hubungan Kerja atau Pemberhentian Kerja adalah pengakhiran perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama Guru karena suatu hal yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara Guru dan penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.    PP no 74 th 2008
Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 tentang Guru yang ditandangani oleh Presiden Republik Indonesia tanggal 01 Desember 2008. Peraturan ini diterbitkan sebagai amanat dan tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Kerangka dari Peraturan Pemerintah ini terdiri 9 Bab 68 Pasal. Berikut ini disajikan beberapa hal-hal yang dianggap penting tenatang isi peraturan  ini.
a.    Bab I Ketentuan Umum.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
b.    Bab II Kompetensi dan Sertifikasi.
Guru wajib memiliki Kualifikasi Akademik, kompetensi, Sertifikat Pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.  Kompetensi Guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
c.    Bab III Hak.
Guru yang memenuhi persyaratan berhak mendapat satu tunjangan profesi. Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan tetap diberi tunjangan profesi Guru apabila yang bersangkutan tetap melaksanakan tugas sebagai pendidik.
d.    Bab IV Beban Kerja.
Beban kerja Guru mencakup kegiatan pokok: (a) merencanakan pembelajaran; (b) melaksanakan pembelajaran; (c) menilai hasil pembelajaran; (d) membimbing dan melatih peserta didik; dan (e) melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja Guru.Bab V Wajib Kerja dan Pola Ikatan Dinas. Dalam keadaan darurat, Pemerintah dapatmemberlakukan ketentuan wajib kerja kepada Guru dan/atau warga negara Indonesia lainnya yang memenuhi Kualifikasi Akademik dan kompetensi untuk melaksanakan tugas sebagai Guru di Daerah Khusus di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dapat menetapkan pola ikatan dinas bagi calon Guru untuk memenuhi kepentingan pembangunan pendidikan nasional atau kepentingan pembangunan daerah.
e.    Bab VI Pengangkatan, Penempatan, dan Pemindahan.
Pengangkatan dan penempatan Guru yang diangkat oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Guru yang ditempatkan pada jabatan struktural   kehilangan haknya untuk memperoleh tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan.
f.    Bab VII Sanksi.
Guru yang tidak dapat memenuhi Kualifikasi Akademik, kompetensi, dan Sertifikat Pendidik kehilangan hak untuk mendapat tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan fungsional, dan maslahat tambahan.  Guru yang tidak dapat memenuhi kewajiban melaksanakan pembelajaran 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan tidak mendapat pengecualian  dari Menteri dihilangkan haknya untuk mendapat tunjangan profesi, tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan fungsional, dan maslahat tambahan.
g.    Bab VIII Ketentuan Peralihan.
Guru Dalam Jabatan yang belum memiliki Sertifikat Pendidik memperoleh tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan fungsional dan maslahat tambahan. Pengawas satuan pendidikan selain Guru yang diangkatsebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini diberi kesempatan dalam waktu 5 (lima) tahun untuk memperoleh Sertifikat Pendidik.
h.    Bab IV Ketentuan Penutup, dan Penjelasan.
3.    UU No 14 th 2015
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menegaskan bahwa guru dan dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Undang-Undang ini dianggap bisa menjadi payung hukum untuk guru dan dosen tanpa adanya perlakuan yang berbeda antara guru negeri dan swasta. Undang-Undang Guru dan Dosen secara gamblang dan jelas mengatur secara detail aspek-aspek yang selama ini belum diatur secara rinci. Semisal, kedudukan, fungsi dan tujuan dari guru, hak dan kewajiban guru, kompetensi dll. Namun sayang, masih ada sejumlah kelemahan dan kekurangan yang ada pada Undang-Undang Guru dan Dosen, dan masih menjadi permasalahan serta perdebatan yang tak kunjung usai. Dimulai dari bunyi pasal yang tidak jelas, sampai pada beberapa peningkatan mutu dan kesejahteraan pendidikan yang dituangkan dalam Undang-Undang tersebut. Masih banyak kalangan pesimis yang berpendapat bahwa pemerintah tidak akan rela merogoh uangnya untuk menukarnya dengan mutu pendidikan, apalagi mensejahterakan guru yang sudah akrab dengan penderitaan itu. Selain itu proses pelaksanaannya pun masih belum optimal, sasaran yang dapat dicapai hanya beberapa hal dari seluruh pernyataan yang tertuang dalam Undang-Undang tersebut.
Pembahasan terkait prinsip profesionalitas bahwasanya profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:
•    Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme,
•    Memiliki komitmen, kualifikasi akademik, kompetensi, tanggung jawab,
•    Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja,
•    Memiliki jaminan perlindungan hukum,
•    Memiliki organisasi profesi yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Masalah guru dan dosen dibahas dengan cakupan hampir sama meliputi kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi; hak dan kewajiban; wajib kerja dan ikatan dinas; pengangkatan, penempatan, dan pemberhentian; pembinaan dan pengembangan; penghargaan; pelindungan; cuti; dan organisasi profesi dan kode etik. Adapun Kompetensi yang harus dimiliki mencakup:
1. Pedagogik: Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
2. Kepribadian: Kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
3. Profesional: Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi.
4. Sosial: Kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Undang-Undang Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 menyebutkan bahwa Hak Guru dan Dosen antara lain:
a. memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial;
b. mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;
c. memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual;
d. memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;
e. memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan;
f. memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas;
g. memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi;
h. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi; dan/atau
i. memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.
Mengenai kewajiban guru dan dosen di jelaskan perbedaan kewajiban antara lain:
•    merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;
•    meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
•    bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;
•    menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa;
Adapun Kewajiban Dosen adalah:
•    melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat;
•    merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;
•    meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
•    bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang sosioekonomi peserta didik dalam pembelajaran;
menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum dan kode etik, serta nilai-nilai agama dan etika; dan memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
4.    PMA No 1 Th 2015
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Rektor dan Ketua pada Perguruan Tinggi Keagamaan Yang Diselenggarakan   oleh  Pemerintah   (Berita   Negara   Republik Indonesia  Tahun    2014   Nomor  818)  diubah    sebagai   berikut
1. Ketentuan Pasal4   diubah   sehingga seluruhnya  berbunyi sebagai  berikut:
Pasa14
Persyaratan calon  Rektor/  Ketua:
a.  Umum
1.  berstatus  PNS;
2.  berirnan dan  bertaqwa kepada  Tuhan  Yang Maha  Esa;
3.  berusia   paling  tinggi 60 (enam  puluh)  tahun   pada  saat  berakhirnya masa jabatan   Rektor/  Ketua  yang  sedang  menjabat;
4. pernah   memangku jabatan    tambahan  paling  rendah   sebagai  Wakil Rektor/Dekari/Wakil        Dekari/Direktur/Wakil    Direktur/Ketua    Lembaga bagi calon  Rektor  Universitas/Institut;
5.  pernah    memangku  jabatan     tambahan   paling   rendah     sebagai    Wakil Ketua/Ketua  Jurusan/Direktur/Wakil    Direktur/Kepala  Pusat  bagi calon Ketua  Sekolah Tinggi;
6.  sehat  jasmani  dan  rohani  yang  dibuktikan  dengan   surat  keterangan dari dokter  pemerintah;
7.  bersedia   dicalonkarr/rnencalonkan    diri   menjadi  Rektor/Ketua   secara tertulis;
8.  tidak   sedang    menjalani    hukuman   disiplin   tingkat    sedang   darr/atau berat  sesuai  dengan  ketentuan  peraturan  perundang-undangan;
9.  tidak   sedang   dipidana  berdasarkan   putusan   pengadilan  yang  memiliki kekuatan  hukum   tetap;
10.  menyerahkan  pernyataan  tertulis   meliputi:
a)  visi dan  misi kepemimpinan;
b)  program peningkatan  mutu   perguruan  tinggi  selama  4 (empat) tahun ke depan,  meliputi:
1) peningkatan  mutu   lulusan    selama   periode   kepemimpinannya  ke depan;
2)  peningkatan  kreativitas, prestasi dan  akhlak  mulia  mahasiswa;
3)  penciptaan   suasana   lingkungan  kampus  yang   asri,   keagamaan, dan  ilmiah;
4)  peningkatan  kualitas dosen  dan  staf;  dan
5)  pelaksanaan   efektivitas, efisiensi, transparansi,   dan  akuntabilitas program.
b.   Khusus
1.  lulusan    program  Doktor   (S3); dan
2.memiliki  jabatan     fungsional   Guru    Besar    bagi   calon   Rektor    Universitas dan   paling   rendah     Lektor   Kepala   bagi   calon   Rektor    Institut     dan   Ketua Sekolah  Tinggi.
3. Diantara   Pasal    12  dan   Pasal    13  disisipan   2  (dua)   pasal,    yakni   Pasal    12A  dan
Pasal   12B yang  berbunyi   sebagai   berikut:
Pasal12A
(1) Dalam    hal perubahan     bentuk     PTKN  dari    Sekolah   Tinggi   Agama    Negeri menjadi  Institut    Agama   Negeri,   Ketua   Sekolah  Tinggi  Agama   Negeri  dilantik menjadi  Rektor  Institut Agama Negeri.
(2) Dalam    hal   perubahan    bentuk     PTKN,  dari   Institut     Agama    Negeri   menjadi Universitas    Islam    Negeri,    Rektor    Institut Agama Negeri dilantik   menjadi Rektor  Universitas   Agama   Negeri.
(3) Rektor    sebagaimana     dimaksud    pada    ayat    (1)  dan    ayat    (2)  menjalankan tugasnya    sampai     dengan     berakhir    mas a  jabatan      Rektor  /Ketua     sebelum terjadi   perubahan    bentuk    PTKN.
(4)  Rektor    yang    dilantik   untuk     menjalankan     tugas    sampai     dengan     berakhir mas a  jabatannya     sebagaimana    dimaksud    pada    ayat    (3)  dihitung    1  (satu) kali  masa   jabatan.
Pasal   12B
Dalam    hal   Rektor    belum    dilantik   sebagai akibat dari   perubahan bentuk PTKN, Rektor  /Ketua    tetap   menjalankan    tugasnya   sampai    dengan    pelantikan.
Pasal   II
Peraturan   Menteri  ini  mulai   berlaku    pada   tanggal   diundangkan. Agar    setiap     orang     mengetahuinya,      memerintahkan      pengundangan      Peraturan Menteri ini  dengan    penempatannya    dalam   Berita   Negara   Republik  Indonesia.

Cukup sekian Postingan dari Saya, Kurang dan Lebihnya Saya mohon maaf semoga bermanfaat. Tunggu Postingan Saya yang lainnya.
Terimakasih
Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar